Friday, April 13, 2018

Konsep Ketuhanan dalam Agama



A.      Konsep Ketuhanan dalam Agama Islam
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu  Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ
“ Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah”
Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.
Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَوَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.
Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru layak dinyatakan bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta.
Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain sebagai jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika Allah yang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.
B.       Konsep Ketuhanan dalam agama Hindu
Dalam agama hindu, pada umunya menganut konsep ketuhanan monoteisme. Konsep ketuhanan tersebut dalam agama hindu dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Seperti pada konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman.
Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman merupakan sesuatu yang tidak berawal tetapi juga tidak berakhir. Brahman merupakan pencipta sekaligus pelebur alam semesta, berada di mana-mana dan mengisi seluruh alam semesta. Brahman merupakan asal mula dari segala sesuatu yang ada di dunia. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini tunduk kepada Brahman tanpa kecuali. Dalam konsep agama hindu, posisi para dewa adalah setara dengan malaikat, yang enggan untuk di puja sebagai Tuhan secara sendiri, melainkan di puja atas jasa jasanya sebagai perantara Tuhan kepada makhluk-Nya.
Dalam keyakinan agama hindu, Brahman memiliki 3 aspek
1.        Sat : sebagai Maha Ada satu-satunya, tidak ada keberadaan yang lain di luar beliau
Brahman adalah pencipta dari segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Dan segala sesuatu ciptaan Brahman tersebut adalah berawal dan berakhir, yang pada masanya segala sesuatu tersebut akan kembali pada Tuhan jika saatnya tiba. Atau dalam agama hindu di kenal dengan istilah melebur, yang maksudnya segala sesuatu itu adalah berasal dati Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan, karena tidak ad azan lain di alam semesta ini selain Tuhan.
2.      Cit : Sebagai Maha Tahu
Brahman adalah sumber ilmu pengetahuan, bukan hanya pengetahuan tentang agama, tetapi segala pengetahuan adalah bersumber dari Tuhan Brahman.
3.      Ananda
Ananda adalah kebahagiaan abadi yang bebas dari penderitaan dan suka duka.

C.      Konsep Ketuhanan dalam Agama Budha
Dalam agama budha, ternyata salah jika kita menganggap Budha adalah Tuhan untuk agama Budha. Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep dalam agama Samawi dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke surga ciptaan Tuhan yang kekal. Sang Buddha bukanlah Tuhan dalam agama Buddha yang bersifat non-teis (yakni, pada umumnya tidak mengajarkan keberadaan Tuhan sang pencipta, atau bergantung kepada Tuhan sang pencipta demi dalam usaha mencapai pencerahan; Sang Buddha adalah pembimbing atau guru yang menunjukkan jalan menuju nirwana). Dalam kitab agama budha menyebutkan bahwa "Tuhan adalah Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak"
"Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu"
Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Sang Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam yang artinya “Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak”. Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asankhata) maka manusia yang berkondisi (sankhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.
Di dalam agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana batin manusia tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertolongan dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya. Tidak ada dewa – dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran & realitas sebenar-benarnya.
D.      Konsep Ketuhanan dalam Agama Nasrani
Agama Nasrani atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan agama Kristen adalah salah satu agama yang mengaku-aku monotheis-me, namun dalam kenyataannya ajaran Kristen adalah polytheisme, yaitu ketika kita melihat konsep aqidah mereka yang dikenal dengan Trinitas atau Tritunggal. Agama nasrani telah terpecah jadi puluhan agama baru, dari yang sifatnya besar dan mendunia hingga yang lokal dan kurang populer. Setiap agama pecahannya pasti mengkafirkan agama pecahan yang lainnya pula. Dan secara umum, agama nasrani terbagi menjadi tiga agama baru, yang masing-masing memiliki gereja dan tokoh agama sendiri-sendiri. Ketiga agama terbesar dari lingkup agama Kristen ini yaitu : Katholik, Or todox dan Protestan.
Agama Katholik adalah agama nasrani yang paling tua. Agama Katholik meyakini bahwa Roh Qudus tumbuh dari Tuhan Bapa dan Anak secara bersamaan. Mereka juga berkeyakinan bahwa Tuhan Bapa dan Tuhan Anak memiliki kesempurnaan yang sama. Bahkan mereka meyakini bahwa Yesus atau Tuhan Anak ikut bersama-sama dengan Tuhan Bapa menciptakan langit dan bumi.
Adapun agama Ortodox yang menyempal dari Kristen Katholik pada tahun 1054 M. Agama Ortodox meyakini bahwa Roh Qudus hanya tumbuh dari Tuhan Bapa saja, dan mereka meyakini bahwa Tuhan Bapa lebih utama daripada Tuhan Anak.
Agama Protestan pengikut Martin Luther yang menyempal dari agama Katholik karena menganggap banyak hal yang tidak masuk akal dari agama Katholik. Mereka mengaku hanya mau mengikuti Injil semata. Terkadang mereka disebut dengan Kristen saja. Agama Protestan adalah salah satu di antara agama yang melarang membuat patung dan gambar untuk disembah. Walaupun demikian, mereka tetap me-yakini ajaran trinitas yang intinya adalah Tuhan itu satu tetapi terdiri dari tiga oknum.
Jadi, Sscara garis besar, agama nasrani meyakini bahwa Nabi ‘Isa atau Yesus adalah Anak Tuhan Allah. Oleh karena itu murid-murid Yesus mereka yakini sebagai Rasul. Dalam sejarah ketuhanan kaum Nasrani, penuhanan Yesus baru dilakukan pada akhir Abad II Masehi. Kemudian pada Konsili di Necea tahun 325 Tuhan Anak disejajarkan dengan Tuhan Bapa. Selanjutnya pada Abad III Roh Qudus dipertuhankan. Pada konsili di Ephese Bunda Maria disejajarkan dengan Trinitas oleh penganut Katholik.
E.       Konsep Ketuhanan dalam Agama Yahudi
Inti kepercayaan penganut agama Yahudi adalah wujudnya Tuhan yang Maha Esa. Disebutkan di dalam kitab Perjanjian Lama bahwa Nabi Musa (a.s) bersabda di dalam kitab Ulangan pasal 6 ayat 4, “Shama Israelo Adna ilaihaina adna ihat”. Kalimat tadi adalah kutipan dalam bahasa Ibrani yang berarti “Dengarlah wahai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu satu”. Ini berarti Tuhan Yang Esa. Kemudian di dalam kitab Yesaya pasal 43 ayat 11, “Aku, Akulah Tuhan dan tidak ada juru selamat selain daripada-Ku”.  Disebutkan juga di dalam kitab Yesaya, pasal 45 ayat 5, “Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah”. Di dalam kitab Yesaya pasal 46 ayat 9 disebutkan, “Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku ... “. Dalam kitab Keluaran, pasal 20 ayat 3 hingga 5, Allah berfirman “Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di atas langit, atau yang ada dibawah bumi, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadan kepadanya sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Tuhan yang cemburu ... “.
Jadi, jika Anda membaca kitab Perjanjian Lama maka Anda akan bisa memahami konsep ketuhanan dalam agama Yahudi yakni percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sepenuhnya melarang keras kepada perbuatan penyembahan berhala-berhala.
Menurut Francis Edwards Peters, "Al-Qur'an menuntut Muslim untuk beriman, dan sejarawan menyetujui bahwa Muhammad dan pengikutnya menyembah Tuhan yang sama dengan Tuhan Yahudi seperti yang tertulis dalam Al-Qur'an Surah Al-'Ankabut : 46. Allah Al-Qur'an adalah Tuhan Pencipta yang sama yang mengadakan perjanjian dengan Ibrahim". Peters menyatakan bahwa al-Qur'an menggambarkan Allah lebih kuat dan luas daripada Yahweh, dan sebagai Tuhan alam semesta, tidak seperti Yahweh yang hanya lebih dekat pada orang-orang Israel. Menurut Encyclopedia Britannica,  Tuhan, dikatakan dalam al-Qur'an, “mencintai yang berbuat baik,” dan dua bagian dalam al-Qur'an mengekspresikan sebuah kasih yang saling mengerti antara Tuhan dan manusia.



No comments:

Post a Comment