A. Konsep Ketuhanan dalam Agama
Islam
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata
ilaahun, yaitu setiap yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi
dan dipatuhi oleh manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata
ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu
Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan).
Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula
berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah
(2) : 165, sebagai berikut:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ
أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ
“ Diantara
manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan terhadap
Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah”
Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab
telah menganut konsep tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini
diketahui dari ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun
acara-acara ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad
dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-kata
Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba Allah)
telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran.
Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan
lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah
konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena
Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari
kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan
konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.
Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta
alam dikemukakan dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضَوَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى
يُؤْفَكُونَ
Jika
kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.
Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya
Allah, belum tentu berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang
baru layak dinyatakan bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang
dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam
Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan
sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur
alam semesta.
Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan
Allah sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat
adalah pernyataan lain sebagai jawaban atas perintah yang dijaukan
pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika Allah yang harus
terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai
Zat, juga Al-Quran sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.
B.
Konsep
Ketuhanan dalam agama
Hindu
Dalam
agama hindu, pada umunya menganut konsep ketuhanan monoteisme. Konsep ketuhanan
tersebut dalam agama hindu dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Seperti
pada konsep ketuhanan dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta
menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat segala kehidupan di alam semesta, dan
dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman.
Dalam
keyakinan umat Hindu, Brahman merupakan sesuatu yang tidak berawal tetapi juga
tidak berakhir. Brahman merupakan pencipta sekaligus pelebur alam semesta,
berada di mana-mana dan mengisi seluruh alam semesta. Brahman merupakan asal
mula dari segala sesuatu yang ada di dunia. Segala sesuatu yang ada di alam
semesta ini tunduk kepada Brahman tanpa kecuali. Dalam konsep agama hindu,
posisi para dewa adalah setara dengan malaikat, yang enggan untuk di puja
sebagai Tuhan secara sendiri, melainkan di puja atas jasa jasanya sebagai
perantara Tuhan kepada makhluk-Nya.
Dalam
keyakinan agama hindu, Brahman memiliki 3 aspek
1.
Sat
: sebagai Maha Ada satu-satunya, tidak ada keberadaan yang lain di luar beliau
Brahman
adalah pencipta dari segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Dan segala
sesuatu ciptaan Brahman tersebut adalah berawal dan berakhir, yang pada masanya
segala sesuatu tersebut akan kembali pada Tuhan jika saatnya tiba. Atau dalam
agama hindu di kenal dengan istilah melebur, yang maksudnya segala sesuatu itu
adalah berasal dati Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan, karena tidak ad azan
lain di alam semesta ini selain Tuhan.
2.
Cit
: Sebagai Maha Tahu
Brahman
adalah sumber ilmu pengetahuan, bukan hanya pengetahuan tentang agama, tetapi
segala pengetahuan adalah bersumber dari Tuhan Brahman.
3.
Ananda
Ananda adalah
kebahagiaan abadi yang bebas dari penderitaan dan suka duka.
C.
Konsep
Ketuhanan dalam Agama
Budha
Dalam
agama budha, ternyata salah jika kita menganggap Budha adalah Tuhan untuk agama
Budha. Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep dalam agama
Samawi dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup
manusia adalah kembali ke surga ciptaan Tuhan yang kekal. Sang Buddha bukanlah
Tuhan dalam agama Buddha yang bersifat non-teis (yakni, pada umumnya tidak
mengajarkan keberadaan Tuhan sang pencipta, atau bergantung kepada Tuhan sang
pencipta demi dalam usaha mencapai pencerahan; Sang Buddha adalah pembimbing
atau guru yang menunjukkan jalan menuju nirwana). Dalam kitab agama budha
menyebutkan bahwa "Tuhan adalah
Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak"
"Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang
Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai
para Bhikkhu, apabila tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma,
Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas
dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma,
Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari
kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu"
Ungkapan
di atas adalah pernyataan dari Sang Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka,
Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama
Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam yang artinya “Suatu Yang
Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak”. Dalam
hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang
tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa
pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asankhata) maka
manusia yang berkondisi (sankhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran
kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.
Di
dalam agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan
(anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana batin manusia tidak
perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertolongan dan
bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya. Tidak ada dewa – dewi yang dapat membantu,
hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya merupakan
contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka
sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran & realitas
sebenar-benarnya.
D.
Konsep
Ketuhanan dalam Agama
Nasrani
Agama
Nasrani atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan agama Kristen adalah
salah satu agama yang mengaku-aku monotheis-me, namun dalam kenyataannya ajaran
Kristen adalah polytheisme, yaitu ketika kita melihat konsep aqidah mereka yang
dikenal dengan Trinitas atau Tritunggal. Agama nasrani telah terpecah jadi
puluhan agama baru, dari yang sifatnya besar dan mendunia hingga yang lokal dan
kurang populer. Setiap agama pecahannya pasti mengkafirkan agama pecahan yang
lainnya pula. Dan secara umum, agama nasrani terbagi menjadi tiga agama baru,
yang masing-masing memiliki gereja dan tokoh agama sendiri-sendiri. Ketiga
agama terbesar dari lingkup agama Kristen ini yaitu : Katholik, Or todox dan
Protestan.
Agama Katholik adalah agama nasrani yang paling tua. Agama
Katholik meyakini bahwa Roh Qudus tumbuh dari Tuhan Bapa dan Anak secara
bersamaan. Mereka juga berkeyakinan bahwa Tuhan Bapa dan Tuhan Anak memiliki
kesempurnaan yang sama. Bahkan mereka meyakini bahwa Yesus atau Tuhan Anak ikut
bersama-sama dengan Tuhan Bapa menciptakan langit dan bumi.
Adapun
agama Ortodox yang menyempal dari Kristen Katholik pada tahun 1054 M. Agama
Ortodox meyakini bahwa Roh Qudus hanya tumbuh dari Tuhan Bapa saja, dan mereka
meyakini bahwa Tuhan Bapa lebih utama daripada Tuhan Anak.
Agama
Protestan pengikut Martin Luther yang menyempal dari agama Katholik karena
menganggap banyak hal yang tidak masuk akal dari agama Katholik. Mereka mengaku
hanya mau mengikuti Injil semata. Terkadang mereka disebut dengan Kristen saja.
Agama Protestan adalah salah satu di antara agama yang melarang membuat patung
dan gambar untuk disembah. Walaupun demikian, mereka tetap me-yakini ajaran
trinitas yang intinya adalah Tuhan itu satu tetapi terdiri dari tiga oknum.
Jadi,
Sscara garis besar, agama nasrani meyakini bahwa Nabi ‘Isa atau Yesus adalah
Anak Tuhan Allah. Oleh karena itu murid-murid Yesus mereka yakini sebagai
Rasul. Dalam sejarah ketuhanan kaum Nasrani, penuhanan Yesus baru dilakukan
pada akhir Abad II Masehi. Kemudian pada Konsili di Necea tahun 325 Tuhan Anak
disejajarkan dengan Tuhan Bapa. Selanjutnya pada Abad III Roh Qudus
dipertuhankan. Pada konsili di Ephese Bunda Maria disejajarkan dengan Trinitas
oleh penganut Katholik.
E.
Konsep
Ketuhanan dalam Agama
Yahudi
Inti
kepercayaan penganut agama Yahudi adalah wujudnya Tuhan yang Maha Esa.
Disebutkan di dalam kitab Perjanjian Lama bahwa Nabi Musa (a.s) bersabda di
dalam kitab Ulangan pasal 6 ayat 4, “Shama Israelo Adna ilaihaina adna ihat”.
Kalimat tadi adalah kutipan dalam bahasa Ibrani yang berarti “Dengarlah wahai
orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu satu”. Ini berarti Tuhan Yang Esa.
Kemudian di dalam kitab Yesaya pasal 43 ayat 11, “Aku, Akulah Tuhan dan tidak
ada juru selamat selain daripada-Ku”. Disebutkan juga di dalam kitab
Yesaya, pasal 45 ayat 5, “Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain; kecuali Aku
tidak ada Allah”. Di dalam kitab Yesaya pasal 46 ayat 9 disebutkan, “Ingatlah
hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada
yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku ... “. Dalam kitab
Keluaran, pasal 20 ayat 3 hingga 5, Allah berfirman “Jangan ada padamu Allah
lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang
ada di atas langit, atau yang ada dibawah bumi, atau yang ada di dalam air di
bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadan kepadanya sebab
Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Tuhan yang cemburu ... “.
Jadi,
jika Anda membaca kitab Perjanjian Lama maka Anda akan bisa memahami konsep
ketuhanan dalam agama Yahudi yakni percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
sepenuhnya melarang keras kepada perbuatan penyembahan berhala-berhala.
Menurut
Francis Edwards Peters, "Al-Qur'an menuntut Muslim untuk beriman, dan
sejarawan menyetujui bahwa Muhammad dan pengikutnya menyembah Tuhan yang sama
dengan Tuhan Yahudi seperti yang tertulis dalam Al-Qur'an Surah Al-'Ankabut :
46. Allah Al-Qur'an adalah Tuhan Pencipta yang sama yang mengadakan perjanjian
dengan Ibrahim". Peters menyatakan bahwa al-Qur'an menggambarkan Allah
lebih kuat dan luas daripada Yahweh, dan sebagai Tuhan alam semesta, tidak
seperti Yahweh yang hanya lebih dekat pada orang-orang Israel. Menurut
Encyclopedia Britannica, Tuhan,
dikatakan dalam al-Qur'an, “mencintai yang berbuat baik,” dan dua bagian dalam
al-Qur'an mengekspresikan sebuah kasih yang saling mengerti antara Tuhan dan
manusia.
No comments:
Post a Comment