Friday, April 13, 2018

Indonesia dalam Bisnis Global


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
          Dunia bisnis di era globalisasi ini menjadi sebuah tantangan bagi setiap dunia usaha untuk meningkatkan kinerja dan kualitas bisnisnya agar dapat bertahan dalam persaingan pasar. Perubahan seperti teknologi, ekonomi dan kondisi situasi pasar makin terlihat nyata hampir di setiap sektor industri. Salah satu cara agar dapat merebut pangsa pasar tersebut adalah dengan mempertahankan pelanggan yang ada. Bisnis adalah sebagai suatu sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan masyarakat (Huat, 1 Chwee, 1990 ) menjalankan dunia bisnis agar tidak terjadi kesalahan maupun kecurangan yang membawa akibat buruk bagi kelancaran bisnis baju.
Era globalisasi  perekonomian Indonesia tidak mengalami perkembangan yang cukup signifikan tetapi menunjukkan pelemahan ekonomi. Pelemahan ekonomi merupakan salah satu dampak negatif yang diakibatkan oleh globalisasi. Berikut ini tabel pertumbuhan ekonomi tahun 2010-2014:
Tahun
Pertumbuhan
2014
5,02%
2013
5,58%
2012
6,03%
2011
6,17%
2010
6,385
Sumber: Badan Pusat Statistik. 2014
Ekonomi Indonesia tahun 2010-2014 terus mengalami penurunan. Kondisi ini diperparah dengan ekonomi global yang mengalami perlambatan di tahun 2015. Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2015 dihadapkan pada sejumlah tantangan akibat kondisi perekonomian global yang belum sepenuhnya kondusif. Perekonomian nasional tumbuh sebesar 4,7%, melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,0%. Perlambatan ekonomi pada triwulan I 2015 terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, kecuali wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI). Pada triwulan II 2015 indikator ekonomi di berbagai daerah juga mengindikasikan perekonomian Indonesia masih menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi ini masih  terkait dengan perkembangan perekonomian global yang tumbuh melambat disertai  ketidakpastian  yang tinggi, menyebabkan harga komoditas dunia masih dalam tren  menurun. Di sisi domestik, perekonomian  nasional tumbuh sebesar 4,67%, sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,70 %.  Perlambatan  kegiatan ekonomi secara umum  terutama dipengaruhi oleh melemahnya investasi dan  masih rendahnya belanja fiskalKondisi tersebut mengakibatkan  melemahnya kegiatan sektor -sektor utama di daerah, sehingga  berdampak pada menurunnya pendapatan  yang menyebabkan melemahnya daya beli. 
Perkembangan berbagai indkator ekonomi pada triwulan II 2015 mengindikasikan perekonomian di berbagai daerah masih menghadapi tantangan yang cukup besar. Realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan II 2015 tercatat sebesar 4,67% (yoy), sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,72% (yoy). Dinamika lingkungan global yang masih diwarnai oleh tingginya ketidakpastian diikuti oleh masih rendahnya harga komoditas di pasar ekspor memberikan implikasi yang kurang menguntungkan bagi kinerja perekonomian domestik. Sedangkan untuk kuartal ketiga ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,7% , kuartal empat ekonomi Indonesia tumbeh sebesar 5,4%. Bisa disimpulkan sepanjang tahun 2015 ekonomi indonesia mengalami perlambatan.
Memasuki tahun 2016 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal 1 2016 tumbuh sebesar 4,92%. Jika dibandingkan dengan kuartal 1 2015, angka ini tumbuh positif karena pada periode tersebut pertumbuhan ekonomi mencapai 4,73%. Hal ini menunjukkan ekonomi indonesia mulai membaik. Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan Indonesia mengalami fluktuasi karena terkait dengan ketidakpastian ekonomi global.
Perkembangan teknologi komunikasi dan internet yang semakin pesat di eraglobalisasi ini mendorong terjadinya perubahan kultur dalam kehidupan manusia.Saat ini media elektronik menjadi salah satu media yang sangat diandalakan untukmelakukan komunikasi maupun bisnis. Para pengusaha kecil, menengah, maupunbesar, banyak yang menggunakan dan memanfaatkan kemajuan teknologi internetsebagai sarana untuk memenangkan dan memajukan bisnis mereka. Menurut dataterbaru yang diambil dari internet world statistic, jumlah pengguna internetIndonesia pada akhir tahun 2012 mencapai 55 juta atau sekitar 22,4% dari jumlahpenduduk Indonesia. Hal itu dinyatakan dalam gambar 1.1 berikut :
Gambar 1.1. Jumlah Pengguna Internet di Asia
Sumber: Internet World Stats (http://www.internetworldstats.com/) per: 10 Mei 2016
            Beberapa bentuk pemanfaatan   media internet dalam lingkungan bisnis, antara lain dengan menggunakan media internet,  dapat dilakukan pencarian informasi  dan melakukan promosi. Media internet selain digunakan untuk media informasi dan media promosi, internet juga digunakan sebagai proses pembelian dan penjualan produk, jasa, dan informasi secara online yang disebut e-commerce. Perkembangan e-commerce membawa banyak perubahan terhadap sektor aktivitas bisnis yang selama ini dijalankan di dunia nyata. Perubahan tersebut ditandai adanya sejumlah upaya dari sektor aktivitas bisnis yang semulanya di dunia nyata (real) dan sekarang bisa berkembang di dunia maya (virtual).
Fluktuasi ekonomi Indonesia di era globalisasi menjadi peluang sekaligus ancaman jika semua stakeholder yang terlibat tidak tanggap terhadap lingkugan ekonomi baik mikro maupun makro. Sangat menarik untuk melihat bagaiamana keterlibatan Indonesia dalam ekonomi global.  Indonesia sebagai negara yang menjadi pusat ekonomi ASEAN harus mampu memanfaatkan pasar yang ada, terutama menjaga kestabilan pasar dalam negeri yang ditambah dengan pasar luar negeri sebagai bentuk ekspansi Indonesia menggarap pangsa pasar luar negeri.
B.  Rumusan Masalah
1.    Bagaiamana perkembangan globalisasi bisnis?
2.    Bagaiamana posisi Inodesia secara global?
3.    Bagaiamana keterlibatan Indonesia dalam bisnis global?
4.    Analisis peluang dan hamabatan Indonesia dalam Masyarakat ekonomi Asean?
C.  Tujuan
1.    Untuk mengetahui perkembangan globalisasi bisnis
2.    Untuk mengetahui posisi Inodesia secara global
3.    Untuk mengetahui keterlibatan Indonesia dalam bisnis global
4.    Untuk menganalisis peluang dan hamabatan Indonesia dalam Masyarakat ekonomi Asean



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perkembangan Globalisasi Bisnis
          Globalisasi dari sisi ekonomi merupakan suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam laju yang semakin pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi dan komunikasi sangat penting, yang dapat menyebabkan terjadinya penipisan batas-batas antar negara ataupun antar daerah di suatu wilayah. Era globalisasi membuka peluang sekaligus tantangan bagi pengusaha Indonesia termasuk usaha kecil, karena pada era ini daya saing produk sangat tinggi, live cycle product relatif pendek mengikuti trend pasar, dan kemampuan inovasi produk relatif cepat.
1.    Proses Globalisasi              
          Globalisasi mengarah pada meningkatnya arus pergerakan barang jasa dan modal melewati batas Negara. Globalisasi adalah  suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal  batas Negara. Perusahaan bisa masuk dan bersaing di pasar global dengan tiga cara, yaitu:
1.    Mengekspor produknya (membangun pasar global)
2.    Membangun pabrik atau memberikan pelayanan diluar negeri
3.    Membeli bahan baku, komponen, maupun persediaan lain dari Negara lain
          Ketiga strategi globalisasi jika disimpulkan menjadi 3 kata yaitu: sell (menjual), make (membuat), dan buy (membeli). Namun demikian, banyak perusahaan yang sudah memiliki ketiga elemen bisnis global yaitu jalur pemasaran, operasi pabrik, dan rantai supply.
2.    Percepatan Globalisasi
          Globalisasi telah berlangsung lebih dari ratusan tahun mulai dari abad ke-15. Berdasarkan data Bank dunia, sekitar ¼ barang dan jasa yang dihasilkan secara global dijual ke luar negeri daripada dijual di dalam negeri, dan persentasenya meningkat dua kali lipat di tahun 1960. Percepatan globalisasi ini dipicu oleh beberapa faktor, yaitu:
a.    Inovasi teknologi
          Munculnya software-software baru, internet, fiber optics, wireless, teknologi satelit mempermudah dan mempercepat komunikasi dengan karyawab, rekanan, dan supplier secara mendunia dengan waktu yang tepat.
b.    Sistem transportasi
          Perkembangan dibidang transportasi mulai dari pengangkutan udara sampai dengan kereta cepat yang memungkinkan barang dan jasa semakin jasa dan dengan biaya murah.
c.    Meningkatnya perusahaan-perusahaan transnational
          Meningkatnya perusahaan-perusahaan transnational besar dan canggih yang melakukan bisnis antar negara bila dibandingkan dengan perusahaan lokal maupun domestik.
d.   Reformasi dibidang sosial dan politik
          Perubahan kritis misalnya meningkatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara pasifik, runtuhnya negara-negara komunis di eropa timur telah membuka daerah baru untuk perdagangan dunia.
3.    Manfaat Dan Kerugian Dari Organisasi Bisnis Yang Menglobal
          Bebarapa manfaat dan kerugian yang bisa terjadi dengan adanya globalisasi disebutkan berikut.
Manfaat yang bisa diperoleh dengan adanya globalisasi:
a.    Meningkatkan produktivitas ekonomi
b.    Harga yang dibayar konsumen lebih murah
c.    Negara memiliki akses ke lembaga-lembaga keuangan internasional untuk membantu pembangunan ekonomi
d.   Transfer teknologi
e.    Mengurangi konflik militer, memperluas demokrasi dan kebebasan
Sedangkan kerugian yang mungkin timbul dengan adanya globalisasi yaitu:
a.    Pengangguran
b.    Memperlemah standar lingkungan dan ketenagakerjaan
c.    Mencegah masing-masing negara mengadopsi kebijakan lingkungan dan sosial negara lain jika akan mendiskriminasi produk dan jasa yang dihasilkan oleh negara lain
d.   Merusak budaya nasional dan regional, keberagamam budaya, bahasa dan keagamaan
e.    Mengurangi monopoli dari pihak regulator
4.    Peraturan Dalam Organisasi Bisnis Dalam Lingkungan Global
          Beberapa aturan dunia telah dibuat untuk menghasilkan standar-standar bagi perusahaan yang akan melaksanakan bisnis lewat batas negara. Contohnya UN global compact, The OECD Guideliness bagi perusahaan-perusahaan multinational, dll.
5.    Kerjasama Dalam Organisasi Bisnis
          Kerjasama dengan pemerintah dan organisasi-organisasi kemasyarakatan diseluruh dunia bisa dijalin dalam rangka untuk mengatasi masalah-masalah khusus disuatu negara.
B.     Posisi Indonesia Secara Global
Pasar bebas merupakan salah satu bentuk nyata dari globalisasi ekonomi. Pengaruh dari globalisasi pada perkembangan ekonomi Indonesia diantaranya adalah tumbuhnya kreativitas para pelaku ekonomi Indonesia serta semakin mendunia produk - produk buatan Indonesia. Dengan adanya globalisasi, para pelaku ekonomi, memang dituntut untuk semakin kreatif menciptakan produk - produk yang tidak hanya mampu bersaing dengan sesama produk buatan dalam negeri, namun juga harus mampu bersaing dengan produk - produk dari negara lain. Tanpa adanya pengembangan produk, sudah pasti produk mereka tidak akan bisa laku di pasaran. Terlebih sejak CAFTA (China Asia Free Trade Assosiation) diberlakukan, barang - barang dari China mulai membanjiri pasar Indonesia. Tidak hanya bentuk serta tampilan produk yang menarik, namun juga harga yang ditawarkan sangat murah bila dibandingkan dengan produk - produk buatan Indonesia.
Sebenarnya banyak pihak yang menyayangkan mengapa Indonesia ikut menandatangani CAFTA. Tidak hanya karena dunia industri Indonesia dianggap belum siap menghadapi pengaruh globalisasi pada perkembangan ekonomi Indonesia, namun juga karena kondisi internal ekonomi Indonesia yang masih belum stabil. Namun dengan alasan bahwa Indonesia akan menjadi negara yang jauh tertinggal dalam bidang ekonomi bila tidak turut serta dalam perjanjian CAFTA tersebut, maka siap atau tidak, akhirnya Indonesia terlibat dalam pasar bebas Asia. Bagi beberapa pelaku industri, terutama yang selama ini mengandalkan bahan baku import dari China, malah menjadi pihak yang diuntungkan atas masuknya Indonesia ke dalam pasar bebas Asia. Mereka bisa mendapatkan bahan baku dengan harga yang jauh lebih murah karena dilakukannya perjanjian penghapusan tarif import sehingga bisa menekan banyak biaya yang harus mereka keluarkan. Dengan mendapatkan bahan baku yang murah, maka secara otomatis kegiatan industri bisa semakin berkembang. Itu merupakan contoh positif dari pengaruh globalisasi pada perkembangan ekonomi Indonesia. Dengan begitu, tanpa dibekali kemampuan dan keunggulan saing yang tinggi niscaya produk suatu negara, termasuk produk Indonesia, tidak akan mampu menembus pasar internasional.
Selain itu, berdasarkan pada Global Competitiveness Report 2014-2015, Indonesia berada di peringkat ke-34 (dari total 144 negara yang diteliti di seluruh dunia). Berikut Indeks Daya Saing Global 2014-2015:
Description: global.PNG
 Perbaikan ini adalah perkembangan yang positif meskipun untuk beberapa pihak hal ini mungkin agak mengejutkan karena perkembangan yang lambat dari pembangunan infrastruktur, inflasi tinggi, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi indonesia. Untuk mendefinisikan level daya saing sebuah bangsa, WEF menggunakan 12 pilar: pengelolaan institusi yang baik, infrastruktur, kondisi dan situasi makro ekonomi, kesehatan, dan pendidikan dasar, pendidikan tingkat atas pelatihan, efisiensi pasar tenaga kerja, pengembangan pasar finansial, kesiapan teknologi, ukuran pasar, lingkungan bisnis, dan inovasi.
Mengenai performa Indonesia, yang saat ini masuk dalam kategori tahap didorong oleh efisiensi, WEF mengatakan bahwa negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara mengalami pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 5,8% setiap tahunnya sejak 2004. WEF juga menyatakan bahwa performa keseluruhan Indonesia dalam indeks ini tetap tidak berimbang. Infrastruktur dan juga konektivitas negara ini terus naik peringkat, naik lima peringkat dibandingkan tahun lalu, sementara kualitas tata kelola publik dan swasta negara ini juga menguat (Indonesia naik 14 peringkat menjadi peringkat 53 sebagai hasil dari perbaikan dalam 18 dari 21 indikator yang membentuk pilar ini). Yang agak mengagumkan, Indonesia berada dalam peringkat 36 untuk efisiensi Pemerintah. Sementara itu, korupsi tetap berlanjut (peringkat 87) namun fenomena negatif ini telah menurun di beberapa tahun terakhir.
Meskipun situasi makroekonomi Indonesia memburuk antara 2012 sampai 2013 akibat defisit transaksi berjalan yang lebih tinggi, bagian ini tetap memuaskan (peringkat 34, menurun 8 peringkat) menurut WEF. Kendati begitu, situasi pasar tenaga kerjanya (peringkat 110, turun 7 peringkat) sejauh ini tetap aspek yang terlemah, karena kekakuan dalam konteks penetapan gaji dan juga prosedur kontrak dan pemecatan. Lebih lanjut lagi, partisipasi perempuan dalam tenaga kerja tetap sangat rendah (peringkat 112). Masalah lain yang menjadi kekuatiran adalah kesehatan umum di Indonesia (peringkat 99). Insiden penyakit menular dan angka kematian bayi tetap menjadi salah satu yang tertinggi di luar wilayah sub-Sahara Afrika. Beralih ke pendorong-pendorong yang lebih rumit dari daya saing, kesiapan teknologi Indonesia berada di belakang (peringkat 77). Terutama, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh penduduk pada umumnya tetap rendah dibandingkan negara-negara lainnya (peringkat 94, turun 10 peringkat).
C.     Keterlibatan Indonesia
Peranan Indonesia Dalam Kerja Sama Ekonomi Antarnegara - Sesuai dengan politik luar negeri negara kita, yaitu bebas dan aktif maka Indonesia selalu berusaha untuk ikut aktif dalam berbagai kerja sama ekonomi antarnegara, baik tingkat bilateral, regional, maupun internasional. Keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerja sama ekonomi antarnegara bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia. Peran Indonesia dalam kerjasama ekonomi internasional cukup strategis. Terutama pada organisasi ASEAN dan G-20. Keduanya adalah organisasi internasional yang memasukkan kerjasama ekonomi sebagai salah satu bagian dari bentuk kerjasamanya. Terlebih G-20 yang dibentuk khusus untuk mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan ekonomi global. Berikut ini beberapa peran Indonesia dalam ekonomi internasional.
a.       Assosiation of Southeast Asian Nations (ASEAN)
Assosiation of Southeast Asian Nations (ASEAN) didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 dengan adanya deklarasi Bangkok antara Indonesia, Malaysia, Filiphina, Singapura dan Thailand. Tujuannya yaitu untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi, kemajuan di bidang sosial, perkembangan kebudayaan dan memajukan perdamaian di kawasan Asia Tenggara. Beberapa peran Indonesia di ASEAN:
1.    Indonesia sebagai salah satu pendiri ASEAN yang berinisiatif untuk mendirikan organisasi internasional.
2.    Indonesia menjadi penyelanggara KTT ASEAN hingga kini sudah empat kali
3.    Indonesia sebagai penengah pertikaian sesama anggota. Misalkan dari pertikaian antara vietnam dengan kamboja
4.    Indonesia menjadi pemimpin ASEAN tahun 2004
5.    Indonesia juga menjadi tempat diselenggrakannya peresmian ASEAN forum di Jakarta dalam peringatan  ASEAN yang ke 40 tahun
6.    Pada KTT ASEAN yang ke 19 di Bali pada Bulan November 2011 Indonesia mewujudkan sebuah kesepakatan berupa kawasan bebas senjata nuklir Asia Tenggara.
b.      Group Twenty (G-20)
Group Twenty (G-20) beranggotakan 19 negara dengan prekonomian terbesar ditambah Uni Eropa. Dilatarbelakangi oleh terjadinya krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1998 yang hampir berpengaruh terhadap kehidupan seluruh dunia. hal ini menyadarkan negara maju perlunya dibuat sebuah kekuatan ekonomi dunia dengan mengajak negar-negara berkembang untuk turut mengambil bagian dalam forum ini. Harapannya agar negara maju dan berkembang mampu bersinergi untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang terjadi terutama di negara berkembang  yang dapat mempengaruhi kondisi moneter ekonomi global.
Salah satu peran indonesia sendiri adalah menjembatani kepentingan negara-negara ASEAN karena Indonesia adalah satu-satunya negara ASEAN yang turut serta dalam forum ini. Grup terbesar yang menguasai 90% dunia serta 80% perdagangan dunia termasuk 2/3 penduduk dunia. mengambil bagian penting sebagai negara berkembang mencoba keluar dari keterpurukan ekonomi akibat lilitan hutang luar negeri membuat Indonesia terus belajar dan mencari keuntungan dari kerjasama internasional. Sehingga selain berpartisipasi aktif Indonesia juga memberikan kontribusi positif terwujudnya tujuan didirikan kedua bentuk kerjasama Internasional.
D.    Peluang dan Hambatan MEA
1.    Fokus MEA dan peluang Indonesia
Terdapat empat hal yang akan menjadi fokus MEA pada tahun 2015 yang dapat dijadikan suatu momentum yang baik untuk Indonesia. Pertama, negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah yang besar, dan skilled labour menjadi tidak ada hambatan dari satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.Kedua, MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi dengan tingkat kompetisi yang tinggi, yang memerlukan suatu kebijakan yang meliputi competition policy, consumer protection, Intellectual Property Rights (IPR), taxation, dan E-Commerce. Dengan demikian, dapat tercipta iklim persaingan yang adil;  terdapat perlindungan berupa sistem jaringan dari agen-agen perlindungan konsumen; mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta; menciptakan jaringan transportasi yang efisien, aman, dan terintegrasi; menghilangkan sistem Double Taxation, dan; meningkatkan perdagangan dengan media elektronik berbasis online.
Ketiga, MEA pun akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah (UKM). Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini, kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam hal peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi. Keempat, MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian global. Dengan dengan membangun sebuah sistem untuk meningkatkan koordinasi terhadap negara-negara anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada jaringan pasokan global melalui pengembangkan paket bantuan teknis kepada negara-negara Anggota ASEAN yang kurang berkembang. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan industri dan produktivitas sehingga tidak hanya terjadi peningkatkan partisipasi mereka pada skala regional namun juga memunculkan inisiatif untuk terintegrasi secara global.
Berdasarkan ASEAN Economic Blueprint, MEA menjadi sangat dibutuhkan untuk memperkecil kesenjangan antara negara-negara ASEAN dalam hal pertumbuhan perekonomian dengan meningkatkan ketergantungan anggota-anggota didalamnya. MEA dapat mengembangkan konsep meta-nasional dalam rantai suplai makanan, dan menghasilkan blok perdagangan tunggal yang dapat menangani dan bernegosiasi dengan eksportir dan importir non-ASEAN.Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia.
Menghadapi MEA, pemerintah terus berupaya meningkatkan daya saing produk unggulan maupun nonunggulan Indonesia. Pemerintah terus mengembangkan industri berbasis nilai tambah, salah satunya dengan melakukan penghiliran produk.Dari sisi hulu, Indonesia sudah menjadi produsen yang dapat diandalkan, mulai dari pertanian, kelautan dan perkebunan. Akan tetapi, tidak semua produk tersebut sampai ke hilir untuk mengurangi impor barang jadi.i sisi liberalisasi perdagangan, produk Indonesia tidak terlalu menghadapi masalah sebab hampir 80% perdagangan Indonesia sudah bebas hambatan. Bahkan, ekonomi yang berbasis kerakyatan atau UMKM berpeluang menembus pasar negara Asean dengan diterapkannya MEA.
Sektor-sektor yang akan menjadi unggulan Indonesia saat ini dalam menghadapi MEA adalah sumber daya alam (SDA), teknologi informasi, dan ekonomi kreatif. Ketiga sektor ini merupakan sektor terkuat Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara Asean yang lain. Kendati demikian, pemerintah juga akan terus berupaya meningkatkan daya saing di sektor manufaktur. Berikut ini beberapa produk unggulan Indonesia yang bisa diekspor.
Description: http://cms.bisnis.com/images-data/uploads/images/tabel_566f879965893.pngSumber : Kementerian Perdagangan.2012
2.    Hambatan
Di sisi lain, muncul tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas komoditas yang diperjualbelikan, contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu, tekstil, dan barang elektronik (Santoso, 2008). Dalam hal ini competition risk akan muncul dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.
Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia. Meskipun begitu, kondisi tersebut dapat memunculkan exploitation risk. Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang masuk ke Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya alam melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang terkandung.
Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi  lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Dalam hal ini dapat memunculkan risiko ketenagakarejaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada peringkat keempat di ASEAN.
Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan keunggulan skala ekonomi dalam negeri sebagai basis memperoleh keuntungan. Namun demikian, Indonesia masih memiliki banyak tantangan dan risiko-risiko yang akan muncul bila MEA telah diimplementasikan. Oleh karena itu, para risk professional diharapkan dapat lebih peka terhadap fluktuasi yang akan terjadi agar dapat mengantisipasi risiko-risiko yang muncul dengan tepat. Selain itu, kolaborasi yang apik antara otoritas negara dan para pelaku usaha diperlukan, infrastrukur baik secara fisik dan sosial(hukum dan kebijakan) perlu dibenahi, serta perlu adanya peningkatan kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan perusahaan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Association of Southeast ASIAN Nations. 2008. Asean Economic Community Blueprint. Jakarta: Asean Secretariat.
Badan Pusat Statistik.2014
Fernandez, R. A. 2014. YEARENDER: Asean Economic Community to Play Major Role in SEA Food Security.
Indonesia Investment. 2015. Indonesia Membaik dalam Indeks Daya Saing Global 2014-2015 dari WEF. Diakses online melalui http://www.indonesia-investments.com/id/berita/berita-hari-ini/indonesia-membaik-dalam-indeks-daya-saing-global-2014-2015-dari-wef/item5983
Internet World Stats. Diakses online melalui http://www.internetworldstats. (diakses tanggal 15 mei 2016 pukul 15.25 wib)
Kemeterian Perdagangan Republik Indonesia. 2012.
Lawrence, A.T and James Weber. 2008. Business and Society: Stakeholders, Ethics and Public Policy. America: McGraw Hill International.
N.n. 2013. Indonesia Hanya Menduduki Peringkat Empat di ASEAN
 Plummer, M, G., &Yue, C, S. 2009. Realizing the ASEAN Economic Community: A Comprehensive Assessment. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies.
Santoso, W. et.al 2008. Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012: Integrasi ekonomi ASEAN dan prospek perekonomian nasional. Jakarta: Biro Riset Ekonomi Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter.

No comments:

Post a Comment