Friday, April 13, 2018

Kimia Teknik


Reaksi Redoks
            Sebelum kita belajar mengenai Reaksi Redoks, kita harus mengenal dahulu tentang Persamaan Reaksi. Suatu reaksi kimia terjadi berdasarkan hukum kekekalan massa (Hukum Lavoisier), “Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”, persamaan reaksi ditulisakan untuk menggambarkan reaksi kimia menunjukan perubahan yang terjadi dimana massa zat tidak berubah meskipun terjadi perubahan zat. Setiap persamaan reaksi selalu terdiri atas dua ruas yaitu ruas kiri sebagai tempat zat bereaksi (pereaksi/reaktan) dan ruas kanan sebagai tempat hasil reaksi (produk), kedua ruas dipisahkan dengan tanda panah.
Contoh: 2H2(g) + O2(g)  2H2(l)
                 Pereaksi         Produk        
A.   Konsep Reaksi Redoks
·         Berdasarkan perpindahan oksigen
a)      Oksidasi adalah reaksi pengikatan oksigen
Contoh :
Ø  Reaksi perkaratan logam besi: 
4Fe(s) + 3O2(g)   2Fe2O3(s)   [karat besi]
Ø  Pembakaran bahan bakar (misalnya gas metana, LPG, solar). 
Reaksi pembakaran gas metana (CH4): akan menghasilkan gas karbon dioksida dan uap air. 
CH4(g) + O2(g)  CO2(g) + 2H2O(g)
b)      Reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen
Contoh :
Ø  Reduksi mineral hematit F2O3 oleh karbon monoksida CO 
F2O3(s) + CO(g)  2Fe(s) + CO2(g)
Ø  Reduksi tembaga(II) oksida CuO oleh gas hidrogen H2 
CuO(s) + H2(g) Cu(s) + H2O(g
·         Berdasarkan serah terima elektron
Beberapa reaksi reduksi-oksidasi tidak melibatkan oksigen,sehingga konsep reduksi-oksidasi perlu diperluas, misalnya antara Na dengan Cl2 menghasilkan NaCl
a)      Oksidasi adalah reaksi pelepasan oksigen (muatanya naik/bertambah)
Contoh :
Ø  Cu  Cu2+ + e
Ø  Fe  Fe3+ + e
b)      Reduksi adalah pengikatan elektron (muatanya turun/berkurang)
Contoh :
Ø  Cl2  + 2e   2Cl­­-
Ø  O2  + 2e   2O­­-

·         Berdasarkan perubahan bilangan oksidasi
Oksidasi  reaksi kenaikan bilangan oksidasi unsur
Reduksi   reaksi penurunan bilangan oksidasi unsur
Oksidator atau pengoksidasi  zat yang mengalami reaksi reduksi,
     penyebab zat lain mengalami reaksi oksidasi
                        Reduktor atau pereduksi        zat yang mengalami reaksi oksidasi, penyebab                                                                        zat lain mengalami reaksi reduksi
Aturan Penentuan Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi adalah angka yang menunjukkan jumlah elektron suatu atom yang dilepaskan atau diterima atom dalam senyawa, dimana senyawa tersebut terbentuk melalui ikatan ionik. Tanda (+) dan (-) padabiloks ditulis sebelum angkanya misalnya +2, sedangkan pada muatan ditulis sesudah angkanya, misalnya 2+.
                        Aturan penentuan bilangan oksidasi, antara lain :
1)      Bilangan oksidasi unsur bebas ( atom atau molekul unsur) adalah 0 (nol).
Contoh: Ne, H2, O2,Cl2,P4,C,Cu,Fe dan Na.
2)      Bilangan oksidasi ion monoatom dan poliatom sama dengan muatan ionnya.
Contoh : untuk ion monoatom Na+, Ca2+, dan Cl- memiliki bilangan    
  oksidasi berturut-turut +1,+2 dan -1.
3)      Bilangan oksidasi unsur golongan IA adalah +1 dan unsur golongan IIA adalah +2.
4)      Bilangan oksidasi unsur golongan VIA pada senyawa biner adalah -2dan unsur golongan VIIA  pada senyawa biner adalah -1.
5)      Bilangan oksidasi unsur H pada senyawanya adalah +1. Kecuali, pada hidrida logam (NaH, CaH2, MgH2 dll) BO H = -1
6)      Bilangan oksidasi unsur O pada senyawanya adalah -2, kecuali pada senyawa biner dengan F, bilangan oksidasi unsur O-nya adalah +2. Bilangan oksidasi unsur O pada senyawa peroksida, seperti H2O2 dan BaO2 adalah -1. Dalam senyawa superoksida bilangan oksidasinya adalah -1/2, seperti pada KO2 dan NaO2.
7)      Jumlah BO unsur-unsur dalam senyawa = 0
Contoh : NaCl jumlah BO Na + BO Cl = 0
Contoh Soal : Tentukan Bilangan Oksidasi dari :
1.       S dalam senyawa H2S
Jumlah BO dalam H2S = 0 dan BO H            = +1
Dalam H2S  2  (BO H) + BO S     = 0
                        2  (+1) + BO S          = 0
                                                BO S   = 0 – (+2) = -2
2.      S dalam ion SO32-
Jumlah BO ion SO32- = -2 (aturan 6) dan BO O = -2
Dalam SO32-   BO S + 3  (BO O)  = -2
                          BO S + 3  (-2)        = -2
                           BO S + (-6)             = -2
                                                 BO S  = (-2) – (-6) = +4










B.   Penyetaraan Reaksi Redoks
Reaksi redoks dapat disetarakan dengan cara langsung (cara bilangan oksidasi) atau cara setengah reaksi.
1)      Cara Langsung (Bilangan Oksidasi)
-          Tentukan reaksi reduksi dan oksidasi
-          Tulis perubahan biloks yang terjadi
-          Samakan jumlah elektron yang dilepas dan diterima dengan menambahkan koefisien
-          Hitung jumlah muatan kiri dan kanan
                        Jika muatan kiri > kanan à tambahkan OH- pada ruas kiri
                        Jika muatan kiri < kanan à tambahkan H+ pada ruas kiri
-          Samakan jumlah H dengan menambahkan H2O pada ruas kanan
           
Contoh :
a)      Fe2+  + MnO4-   →     Fe3+  +  Mn2+       (suasana asam)
Langkah 1 & 2 : Tentukan bilangan oksidasi atom-atom yang mengalami reaksi redoks
Description: Penyetaraan_Redoks
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTcvjwfSueoKsscNfwVsXcNq6bDnkGsQEzpkJr00G-EWfFrTsfLU723SPTqTc9sKjzsXYaD3OvnF9csl0MyHjwRuGmfrBHC1AiFkS9aPfHplXM7Ge3bJzcGD0ASPF4XAft5rBNAXgSdc7O/s320/redoks2.JPG
Bilangan oksidasi (biloks) Mn berubah dari +7 menjadi +2 terjadi perubahan biloks 5 satuan
Bilangan oksidasi (biloks) Fe berubah dari +2 menjadi +3 terjadi perubahan biloks 1 satuan
Langkah 3 : Kalikan silang dengan selisih bilangan oksidasi pada spesi yang mengalami
                      perubahan bilangan oksidasi
Jadi Mn dikalikan 1 dan Fe dikalikan 5, sehingga reaksi menjadi :
                                                 
                 5Fe2+    +  MnO4-     →        5Fe3+  +  Mn2+
             Muatan :   +10             -1                        +15         +2
                              Muatan kiri = +9                 Muatan kanan = +17
Karena muatan ruas kiri < muatan ruas kanan, maka ditambahkan ion H+. Maka tambahkan 8H+   di ruas kiri (yang muatannya lebih kecil)

Langkah 4 : 5Fe2+  +  MnO4-  + 8H+ →  5Fe3+  +  Mn2+ 
Setarakan H dengan menambah   H2O secukupnya

            Karena di ruas kiri terdapat  8H+ maka di ruas kanan ditambahkan 4H2O


Langkah 5 :  5Fe2+  +  MnO4-  + 8H+ → 5Fe3+  +  Mn2+  +  4H2O

                      Hitung O di ruas kiri dan di ruas kanan.  pada contoh di atas jumlah atom O di
                       ruas kiri = 4 dan jumlah atom O di ruas kanan = 4. Jadi, reaksi sudah setara
b)     CrO42- + Fe(OH)2  → Cr2O3 + Fe(OH)3      (suasana basa)
Langkah 1 & 2 :   CrO42- + Fe(OH)2  → Cr2O3 + Fe(OH)3     
                               +12           +2                +6            +3
Biloks Cr berubah dari +12 menjadi +6 , jadi selisih biloks Cr = +6
Biloks Fe berunbah dari  +2 menjadi  +3 , jadi selisih biloks  = +1
Kalikan silang berdasarkan selisih biloks yang terjadi. Spesi yang mengandung Cr dikalikan 1 sedangkan spesi yang mengandung Fe dikalikan 6 sehingga reaksi menjadi 2CrO42- + Fe(OH)2  → Cr2O3 + Fe(OH)3     
Langkah 3 :           2CrO42- + Fe(OH)2  → Cr2O3 + Fe(OH)3     
Muatan          -4                 0                 0             0
Tambahkan H+  pada yang muatannya kecil
Karena muatan ruas kiri = -4 dan muatan ruas kanan = 0, maka
Muatan ruas kiri < muatan ruas kanan.
Jadi pada ruas kiri ditambahkan 4H+  

Sehingga reaksi yang terjadi menjadi :

2CrO42- + 6Fe(OH)2 + 4H+ → Cr2O3 +6Fe(OH)3     
Hitung jumlah H.
       Karena jumlah H ruas kiri = 16   dan jumlah H ruas kanan = 18, maka ditambahkan H2O pada ruas kiri, sehingga terbentuk reaksi

2CrO42- + 6Fe(OH)2 + 4H+ + H2O → Cr2O3 + 6Fe(OH)3

Langkah 4 : Karena reaksi dalam suasana basa, maka harus dibuat dalam suasana basa                 (OH-), dengan menambah OH- sebanyak H+ yang ada pada kedua ruas.
2CrO42- + 6Fe(OH)2  + 4H+  + H2O + 4 OH- →Cr2O3 + 6Fe(OH)3 + 4 OH-
Langkah 5 : Jumlah atom H dikiri = 12, sedangkan diras kanan = 22, maka tambahkan 5 molekul H2O diruas kiri
                        2CrO42- + 6Fe(OH)2  + 5 H2O  → Cr2O3 + 6Fe(OH)3 + 4 OH-



2)      Metode Setengah Reaksi (Ion Elektron)
Penyetaraan tersebut dapat dilakukan dengan tahapan berikut.
1.      1.Reaksi dipecah menjadi dua persamaan setengah reaksi, lalu masing-masing disetaraka
a)      Setarakan jumlah atom selain O dan H dengan menambahkan koefisien
b)      Setarakan jumlah atom O dengan menambahkan H2O secukupnya pada ruas yang kurang O
c)      Setarakan jumlah atom  H dengan menambahkan H+  secukupnya di ruas yang berlawanan.
d)     Setarakan jumlah muatan, dengan menambahkan electron pada yang kelebihan muatan
(seruas dengan H+)
                                    Jika suasana asam, penyetaraan selesai.
Jika suasana basa, H+ harus diganti dengan OH-  dengan cara sebagai berikut :
o   Tambahkan OH- pada kedua ruas sebanyak H+
o   Gabungkan H+ dengan OH- menjadi H2O
o   Kurangi kelebihan H2O
2.      Setarakan jumlah electron pada 2 buah setengah reaksi, dengan menambah koefisien
3.      Akhirnya, jumlahkan kedua buah setebgah reaksi tersebut

Contoh : Setarakan reaksi berikut :
1.    Fe2+  + MnO4-  →      Fe3+  +  Mn2+                  ( suasana asam )
2.    CrO42- + Fe(OH)2  →      Cr2O3 + Fe(OH)3       ( suasana basa )
Jawab :
1.    Fe2+  + MnO4-  →      Fe3+  +  Mn2+                  ( suasana asam )
Reaksi dipecah menjadi dua persamaan setengah reaksi , setarakan atom selain H dan O
Fe2+ →      Fe3+
MnO4-  →      Mn2+
Setarakan jumlah O dengan menambah koefisien
                         Fe2+  →      Fe3+
                         MnO4-  →      Mn2+  +  4H2O
Setarakan jumlah H dengan menambah ion H+  pada yang kekurangan H                         
Fe2+ →      Fe3+
MnO4-+  8H+ →      Mn2+  +  4H2O
Hitung muatan, tambahkan electron pada yang kelebihan muatan (seruas H+)
Fe2+     →      Fe3+ + e      
           Muatan kiri : +2, Muatan kanan : +3
selisih muatan = 1, jadi tambahkan 1  electron di ruas kanan
MnO4-+  8H+ →      Mn2+  +  4H2O
                      Muatan kiri : +7,   Muatan kanan : +2   
selisih muatan = 5, jadi tambahkan 5 elektron di ruas kiri
Setarakan jumlah electron pada kedua ruas dengan kali silang. Dan jumlahkan
Fe2+     →      Fe3+ + e                               x 5
MnO4-+  8H+ →      Mn2+  +  4H2O         x 1                                                        
Menjadi      5 Fe2+ + MnO4- +  8H+  →   5  Fe3+ + Mn2+  +  4H2O  

2.  CrO42- + Fe(OH)2  →      Cr2O3 + Fe(OH)3       ( suasana basa )
Reaksi dipecah menjadi dua persamaan setengah reaksi , setarakan atom selain H dan O
CrO42-    →      Cr2O3 
                        Fe(OH)2     →     Fe(OH)3      
Setarakan jumlah O dengan menambah H2O pada ruas yang kekurangan O
                                                2 CrO42-   →  Cr2O3   + 5 H2O
                                               Fe(OH)2     + H2O  →   Fe(OH)3  
 Setarakan jumlah H dengan menambah ion H+
2 CrO42- + 10 H→    Cr2O3  + 5 H2O
Fe(OH)2  + H2O  →   Fe(OH)3  +  H+
 Hitung muatan, tambahkan electron pada yang kelebihan muatan (seruas H+)
2 CrO42-   + 10 H→  Cr2O3  + 5 H2O
Muatan   -4              +10              0              0
             Muatan kiri : +6         Muatan kanan : 0
 selisih muatan = 6, jadi tambahkan  6 electron di ruas kanan
Fe(OH)2     + H2O   →   Fe(OH)3  +  H+
Muatan    0              0                  0             1            
                          Muatan kiri : 0       Muatan kanan : +1   
 selisih muatan = 1, jadi tambahkan 1 elektron di ruas kiri
2 CrO42-   + 10 H+ 6e  →  Cr2O3  + 5 H2O              x1
Fe(OH)2  + H2O   →   Fe(OH)3  +  H+ + e                  x6
Setarakan jumlah electron pada kedua ruas dengan kali silang. Dan jumlahkan
                     2 CrO42-   + 10 H+ + 6Fe(OH)2  + H2O →  Cr2O3 + 6Fe(OH)3  + 6H+
                      2 CrO42-  + 4 H++ 6Fe(OH)2 + H2O  →  Cr2O3 + 6Fe(OH)3

 Buat Suasana basa, dengan menambah ion OH- sebanyak ion H+ yang ada pada kedua ruas,
 kemudian jumlahkan ion H+ dan ion OH-
2 CrO42-  + 4 H+ + 6Fe(OH)2 + H2O + 4OH-   →  Cr2O3 + 6Fe(OH)3  + 4OH-
2 CrO42-  + 6Fe(OH)2 + H2O + 4 H2O  →  Cr2O3 + 6Fe(OH)3 + 4OH-
2 CrO42-   + 5 H2+ 6Fe(OH)2 →   Cr2O3 + 6Fe(OH)3  +  4OH-
Menjadi 2 CrO42-   + 5 H2O + 6Fe(OH)2 →   Cr2O3 + 6Fe(OH)3  +  4OH-

















Elektrokimia
A.   Pengertian Elektrokimia
Definisi elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aksi antara sifat-sifat listrik dengan reaksi kimia. Misalnya perubahan energi kimia menjadi energy listrik pada elemen elektrokimia, reaksi oksidasi-oksidasi secara spontan pada elemen yang dijadikan sumber arus listrik, dan perpindahan elektron dan perpindahan elektron dalam larutan elektrolit dan terjadi pada aki. 
B.     Penggolongan Elektrokimia
1.      Sel Volta
Luigi Galvani (1780) dan Alessandro Volta (1800) telah menemukan terbentuknya arus listrik dari reaksi kimia. Pada sel volta mengubah reaksi kimia menjadi energi listrik.
a)      Proses yang terjadi


Description: https://noviakimiapasca.files.wordpress.com/2011/06/sel-volta.jpg?w=300&h=181 
Logam tembaga dicelupkan dalam larutan CuSO4 (1 M) dan logam seng dicelupkan dalam larutan ZnSO4 (1 M). Kedua larutan dihubungkan dengan jembatan garam. Jembatan garam merupakan tabung U yang diisi agar-agar dan garam KCl. . Sedangkan kedua elektrode (logam Cu dan logam Zn) dihubungkan dengan alat pe-nunjuk arus yaitu voltmeter.

Logam Zn akan melepaskan elektron dan berubah membentuk ion Zn2+ dan bergabung dalam larutan ZnSO4. Elektron mengalir dari elektrode Zn ke elektrode Cu. Ion Cu2+ dalam larutan CuSO4 menerima elektron dan ion tersebut berubah membentuk endapan logam Cu.
Reaksi kimianya adalah :
Anoda     Zn → Zn2+ + 2 e                                           E0 =      +0,76 volt
Katoda    Cu2+ + 2 e → Cu                                          E0 =      +0,34 volt     
   Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu,                              Esel=      +1,1 Volt

b)      Konsep-Konsep Sel Volta
·        Deret Volta :
Li, K, Ba, Ca,Na, Mg, Al, Mn, Zn, Fe, Ni. Sn, Pb, H, Cu, Hg, Ag, Pt, Au
Makin ke kanan, mudah direduksi atau sukar dioksidasi. Makin ke kiri mudah dioksidasi, makin aktif dan sukar direduksi.
·        b.    Notasi Sel
Contoh : Zn / Zn+2 // Cu+2 / Cu

Dimana :  /       =          potensial ½ sel
                                        //      =          potensial sambungan sel (jembatan garam)


c)      Macam-Macam Sel Volta
·        Sel Kering atau Sel Leclance
Sel ini sering dipakai untuk radio, tape, senter, mainan anak-anak, dll. Katodanya sebagai terminal positif terdiri atas karbon (dalam bentuk grafit)   terlindungi oleh pasta karbon, MnO2dan NH4Cl. Anodanya adalah lapisan luar yang terbuat dari seng dan muncul dibagian bawah baterai sebagai terminal negatif.
Reaksi Anoda     Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e-
Reaksi Katoda    2MnO2(s) + 2NH4+(aq) + 2e- → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O
   2MnO2(s) + 2NH4+(aq) + 2e- → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O
Amonia yang terbentuk pada katoda akan bereaksi dengan Zn2+ yang dihasilkan pada anoda dan membentuk ion Zn(NH3)42+
·        Sel Aki
ü Katoda : PbO2
ü Anoda : Pb
ü Elektrolit : Larutan H2SO4
Reaksinya adalah sebagai berikut :
                 PbO2(s) + 4H+(aq) + SO42-(aq)    →   PbSO4(s) + 2H2O                       (katoda)
                 Pb (s) + SO42-(aq)      →   PbSO4(s) + 2e-                                            (anoda)
                 PbO2(s) + Pb (s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq)  →   2PbSO4(s) + 2H2O        (total)

Pada saat selnya berfungsi, konsentrasi asam sulfat akan berkurang karena ia terlibat dalam reaksi tersebut. Keuntungan dari baterai jenis ini adalah bahwa ia dapat diisi ulang (recharge) dengan memberinya tegangan dari sumber luar melalui proses elektrolisis, dengan reaksi :
2PbSO4(s)  + 2H2O(l) → PbO2(s) + Pb(s) + 4H+(aq) + 2SO42-(aq) (total)

Kerugian dari baterai jenis ini adalah, secara bentuk, ia terlalu berat dan lagi ia mengandung asam sulfat yang dapat saja tercecer ketika dipindah-pindahkan.
·        Sel Bahan Bakar
Sel bahan bakar adalah suatu sel Galvani dimana selalu tersedia pereaksi yang dialirkan ke elektroda sehingga sel selalu bekerja secara kontinyu. Sel Bacon terdiri dari anoda nikel dan katoda nikel. Nikel oksida dengan elektrolit larutan KOH. Elektroda tersebut berpori dan gas- gas berdifusi sehingga bersentuhan dengan eletroda.

Reaksi anoda (-)          2H2 + 4OH                  4H2O +4e-
Reaksi katoda (+)        2H2O+O2+4e-                     4OH-        
Reaksi sel                    2H2O+O2                           2H2O
·        Baterai Ni-Cd
Disebut juga baterai ni-cad yang dapat diisi ulang muatannya dan yang umum dipakai pada alat-alat elektronik peka. Potensialnya adalah 1,4 Volt.
Katodanya adalah NiO2 dengan sedikit air
Anodanya adalah Cd
Reaksinya adalah sebagai beikut :
Cd(s) + 2OH- (aq)   →  Cd(OH)2(s) + 2e-
            2e- + NiO2(s) + 2H2O   → Ni(OH)2(s) + 2OH-(aq)
Baterai ini lebih mahal dari baterai biasa.

2.    Sel Elektrolisis
Sel elektrolisis adalah arus listrik yang menimbulkan reaksi redoks. Pada sel elektrolisis, katoda akan tereduksi dan anoda yang akan teroksidasi. Pada katoda, terdapat 2 kemungkinan zat yang ada, yaitu:
-          Kation (K+)
-          Air (H2O) (bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan, cairan atau lelehan).
Pada anoda, terdapat 3 (tiga) kemungkinan zat yang ada, yaitu :
-          Anion (A-)
-          Air (H2O) (bisa ada atau tidak ada tergantung dari apa yang disebutkan, cairan atau lelehan)
-           Elektroda
Elektroda ada dua macam, antara lain inert (tidak mudah bereaksi, seperti Platina (Pt), emas (Aurum/Au), dan karbon (C)) dan tidak inert (mudah bereaksi, zat lainnya selain Pt, C, dan Au).\

Ada berbagai macam reaksi pada sel elektrolisis, yaitu :
1)   Reaksi yang terjadi pada katoda
Ø Jika kation merupakan logam golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr), IIA (Be, Mg, Cr, Sr, Ba, Ra), Al dan Mn.
Ø Jika kationnya berupa H+.
Ø Jika kation berupa logam lain, maka reaksinya (nama logam)x+ + xe → (nama logam)
2)   Reaksi yang terjadi pada anoda
Ø Jika elektroda inert (Pt, C, dan Au), ada 3 macam reaksi :
·         Jika anionnya sisa asam oksi (misalnya NO3-, SO42-), maka reaksinya 2 H20 → 4H+ + O2 + 4 e
·         Jika anionnya OH-, maka reaksinya 4 OH- → 2H20 + O2 + 4 e
·         Jika anionnya berupa halida (F-, Cl-, Br-), maka reaksinya adalah 2 X(halida) → X (halida)2 + 2 e
Ø Jika elektroda tak inert (selain tiga macam di atas), maka reaksinya Lx+ + xe



















Termokimia
A.   Pengertian Termokimia
Termokimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan energi/panas/kalor yang menyertai reaksi kimia.

B.   Entalpi dan Perubahan Entalpi
Persamaan termokimia merupakan persamaan reaksi yang dilengkapi dengan perubahan entalpi (ΔH). Selain itu, dalam persamaan termokimia juga mencantumkan jumlah mol zat yang dinyatakan dengan koefisien reaksi dan fase zat yang terlibat dalam reaksi, dengan satuan kilojoule (kJ). Sementara itu, satuan perubahan entalpi dalam molar yaitu kJ/mol atau kJ mol-1
Berdasarkan perpindahan kalor yang menyertai, reaksi kimia ada 2 jenis :
a)      Reaksi Endoterm
·         Entalpi produk lebih besar daripada entalpi reaktan
·         Reaksi menghasilkan kalor
·         Harga  ΔH > 0

b)      Reaksi Eksoterm
·         Entalpi produk lebih kecil daripada entalpi reaktan
·         Reaksi melepas kalor
·          Harga  ΔH < 0.

C.   Jenis Kalor Reaksi / Perubahan Entalpi
1.      Entalpi Pembentakan Standar ( DHf )
DH untak membentuk 1 mol persenyawaan langsung dari unsur-unsurnya yang diukur pada 298 K dan tekanan 1 atm.
Contoh  :  H2(g) + 1/2 O2(g)→   H20 (l) ; DHf = -285.85 kJ
2.      Entalpi Penguraian
DH dari penguraian 1 mol persenyawaan langsung menjadi unsur-unsurnya (= Kebalikan dari DH pembentukan).
Contoh  :  H2O (l) →   H2(g) + 1/2 O2(g) ; DHd = +285.85 kJ
3.      Entalpi Pembakaran Standar ( DHc ):
DH untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K dan tekanan 1 atm.
Contoh : CH4(g) + 2O2(g) →   CO2(g) + 2H2O(l) ; DHc = -802 kJ
4.      Entalpi Reaksi
DH dari suatu persamaan reaksi di mana zat-zat yang terdapat dalam persamaan reaksi dinyatakan dalam satuan mol dan koefisien-koefisien persamaan reaksi bulat sederhana.
Contoh : 2Al + 3H2SO4 →   Al2(SO4)3 + 3H2 ; DH = -1468 kJ
5.      Entalpi Netralisasi
DH yang dihasilkan (selalu eksoterm) pada reaksi penetralan asam atau basa.
Contoh : NaOH(aq) + HCl(aq) →   NaCl(aq) + H2O(l) ; DH = -890.4 kJ/mol






D.   Penentuan Harga Perubahan Entalpi

1.      Dengan Alat Kalorimeter
Kalorimetri adalah cara penentuan energi kalor reaksi dengan kalorimeter. Kalorimeter adalah sistem terisolasi, sehingga semua energi yang dibutuhkan atau dibebaskan tetap berada dalam kalorimeter. Dengan mengukur perubahan suhu, kita dapat menentukan jumlah energi kalor reaksi berdasarkan rumus:
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaPWKNV36BgnxRV5MU2nz3vFBDy4r5TmXL_DYfoB1VnDpN2tIPI4Ibkcd5x2YIAvA5wez7PUfnSPS5ypTbLO1l_QZg0Emysm3TaEWi-NWExjeC-tfN_mM4QZ8KGfJEYW9fxJM4ZJ6_oSk/s1600/Rumus+4.png
Ql           = energi kalor pada larutan (J)
m            = massa zat (kg)
c             = kalor jenis zat (J/kg°C)
C            = kapasitas kalor (J/°C)
Δt           = perubahan suhu (°C)             

2.      Perhitungan Entalpi reaksi berdasarkan Hukum Hess
Hukum ini diajukan oleh Germain Hess, dia menyatakan bahwa “entalphi reaksi (ΔH) hanya tergantung pada keadaan awal reaksi dan hasil reaksi dan tidak bergantung pada jalannya reaksi”.

Misalnya pada pembentuka CO2

Reaksi 1        C(s) + ½ O2 (g) —–> CO (g)             ΔH   = – 111 kJ
Reaksi 2        CO (g) + ½ O2 (g) —–> CO2 (g)       ΔH   = – 283 kJ
————————————————————————- +
Hasil              C(s) + O2 (g) —–> CO2 (g)               ΔH   = – 394 kj

          Jadi, sesuai Hukum Hess nilai entalpi pembentukan CO2 sama.

3.      Perhitungan Entalpi reaksi berdasarkan data Pembentukan Standart
Kalor suatu reaksi dapat juga ditentukan dari data entalpi pembentukan zat pereaksi dan produknya. Dalam hal ini, zat pereaksi dianggap terlebih dahulu terurai menjadi unsur-unsurnya, kemudian unsur-unsur itu bereaksi membentuk zat produk.
Secara umum untuk reaksi:

m AB + n CD —–> p AD  + q CB

ΔH0 = jumlah ΔH0 f (produk) -   jumlah ΔH0 f (pereaksi)










Pengolahan Logam

Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengolahan bijih sampai menjadi logam dinamakan metalurgi. Proses pengolahan logam dari bijinya melibatkan tahap pengolahan awal atau pemekatan, reduksi logam dan pemurnian (refining) logam.
A.    Pengolahan awal (Pemekatan) 
Pemekatan bijih bertujuan untuk memisahkan mineral dari pengotornya sehingga diperoleh kadar bijih tinggi. Pemekatan dapat dilakukan melalui dua teknik pemisahan, yaitu pemisahan secara fisis dan pemisahan secara kimia.
·      Pemisahan secara fisis terdiri dari

1)      Pemisahan pengapungan (flotation separation)
2)      Pemisahan gaya berat (gravity separation)
3)      Pemisahan magnetik (magnetic separatio)
4)      Pemisahan pencairan (liquation separation) 
5)      Pemisahan amalgam (amalgams separation)

·      Pemisahan secara kimia terdiri dari
1)      Proses pelindian (leaching)
2)      Proses pemanggangan (roasting)

Pada Proses ini dibahas menggunakan pemekatan tembaga dari bijihnya melalui cara pengapungan (flotasi), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Pada proses ini, bijih dihancurkan menjadi serbuk, kemudian dicampurkan dengan zat pengapung, dan udara dialirkan hingga berbusa. Zat pengapung berupa surfaktan (memiliki ujung polar dan nonpolar), misalnya saponin.
Partikel-partikel yang terbasahi oleh air seperti pengotor berada di dasar tanki. Adapun partikel yang tidak terbasahi menempel pada busa dan mengapung di atas permukaan tanki. 

Description: clip_image001

Gambar 1. Proses pemekatan dengan cara flotasi




B.     Proses Reduksi
Setelah bijih tembaga dipekatkan (tembaga sulfida), kemudian direduksi dengan cara pemangggangan. Reaksi yang terjadi
 
2CuS(s) + 3O2(g) → 2CuO(s) + 2SO2(g)
 

Pemanggangan bersifat eksoterm sehingga setelah pemanggangan dimulai tidak perlu ditambahkan panas lagi. Untuk memperoleh logam tembaga dilakukan dengan cara reduksi tembaga oksida dengan karbon sebagai reduktor

CuO(s) + C(s)
Cu(g) + CO(g)

Uap logam tembaga meninggalkan reaktor dan terkondensasi menjadi cair, yang selanjutnya memadat. Hidrogen dan logam aktif, seperti natrium, magnesium, dan aluminium juga digunakan sebagai reduktor jika karbon yang dipakai tidak cocok. Hasil reduksi pada tahap ini dinamakan tembaga blister yang kemurniannya mencapai 98%. Untuk kebutuhan penghantar listrik, tembaga harus dimurnikan melalui elektrolisis (Gambar 2).

Description: clip_image002 
Gambar 2. Pemurnian tembaga menggunakan elektrolisis.

C.   Pemurnian 
Pemurnian logam kasar sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adanya pengotor mengakibatkan logam yang bersangkutan tidak dapat dimanfaatkan sesuai yang diinginkan, misalnya adanya arsenik dalam persentase yang sangat kecil sebagai pengotor, umumnya dalam tembaga, mengakibatkan penurunan sifat konduktivitas listrik 10-20%. Kedua adanya pengotor dalam logam itu sendiri sangat berharga, misalnya perak merupakan hasil samping dari metalurgi timbel dan tembaga. 
Metode untuk pemurnian logam kasar meliputi pemurnian elektrolitik misalnya untuk tembaga, oksadasi pengotor yang harus dipisahkan misalnya untuk besi, distilasi logam dengan titik didih rendah seperti raksa, zink dan nikel, zone refining (pemurnian zona)

Description: clip_image004 Gambar 2.1. Bagan metode pemurnian besi kasar 
Zona refining merupakan teknik pemurnian logam dengan hasil kemurnian yang sangat tinggi (Gambar 2.1). teknik ini berdasarkan pada kenyataan bahwa pengotor lebih mudah larut dalam fase cairan daripada fase padatan. Dalam proses ini batangan logam yang akan dimurnikan di lewatkan secara perlahan kedalam kumparan pemanas listrik yang mengakibatkan logam meleleh dan pengotor larut di dalam fase lelehan logam. Batangan logam bergerak terus maju dan ketika keluar dari kumparan pemanas maka bagian ujung luar menjadi dingin dan segera memadat kembali, sedangkan pengotor akan tetap tertinggal larut dalam zona pelelehan didalam kumparan pemanas. 

Ø Macam – macam Pengolahan Logam atau Metalurgi
Ada dua macam metalurgi yaitu Metalurgi Extraksi (Extrative Metalurgi), Proses Bahan Galian (PBG).
Metalurgi extraksi terdiri dari tiga macam yaitu 
1.      Hidrometalurgi
Proses Hidrometalurgi adalah suatu proses metalurgi, dimana dilakukan pemakaian suatu zat kimia yang cair untuk dapat melarutkan suatu partikel tertentu. Hidrometalurgi dapat juga diartikan sebagai proses ekstraksi metal dengan larutan reagen encer (< 1 gram/mol) dan pada suhu < 100 ºC. Dalam proses peluluhan senyawanya yaitu logam larut dan lepas dari bijinya oleh air sehingga terbentuk larutan logam tersebut dalam air. Larutan ini dapat dimurnikan setelah itu senyawa logam murninya dapat direduksi langsung menjadi logamnya sedangkan jika terbentuk endapan dapat dipisahkan melalui penyaringan.
Menurut persamaan reaksi berikut : 

2CuFeS(s) + H2SO4 (aq) + 4O2 (g) → 2CuSO4 (aq) + Fe2O3 (s) + S (s) + H2O (l) 
Biji tembaga Larutan Peluluh

Setelah larutan ion logamnya terbentuk maka ion logamnya direduksi dengan logam lain yang lebih reaktif. Untuk kedua ion logam diatas dipakai masing-masing logam besi dan zink sebagai reduktor, menurut persamaan reaksi sebagai berikut : 

CuSO4 (aq) + Fe (s) → FeSO4 (aq) + Cu (s)

Hidrometalurgi memberikan beberapa keuntungan
1.      Bijih tidak harus dipekatkan, melainkan hanya harus dihancurkan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
2.      Pemakaian batubara dan kokas pada pemanggangan bijih dan sekaligus sebagai reduktor dalam jumlah besar dapat dihilangkan
3.      Polusi atmosfer oleh hasil samping pirometalurgi sebagai belerang dioksida, arsenik (III) oksida, dan debu tungku dapat dihindarkan.
4.      Untuk bijih-bijih peringkat rendah (low grade), metode ini lebih efektif.
5.      Suhu prosesnya relatif lebih rendah.
6.      Reagen yang digunakan relatif murah dan mudah didapatkan.
7.      Produk yang dihasilkan memilki struktur nanometer dengan kemurnian yang tinggi.

Kondisi yang baik untuk hidrometalurgi adalah
1.      Metal yang diinginkan harus mudah larut dalam reagen yang murah.
2.      Metal yang larut tersebut harus dapat “diambil” dari larutannya dengan mudah dan murah.
3.      Unsur atau metal lain yang ikut larut harus mudah dipisahkan pada proses berikutnya.
4.      Mineral-mineral pengganggu (gangue minerals) jangan terlalu banyak menyerap (bereaksi) dengan zat pelarut yang dipakai.

2.      Pirometalurgi
Melibatkan reaksi kimia yang dilaksanakan pada temperatur tinggi.Misalnya dalam smelting(peleburan atau pelelehan),reduksi mineral menghasilkan lelehan logam yang dapat dipisahkan dari batuan yang tidak diinginkan. Dalam proses reduksi ini biasanya dipakai karbon atau logam lain.Oksida-oksida hasil pemanggangan biji sulfide atau hasil kalsinasi biji karbonat tersebut umumnya direduksi dengan peleburan oleh karbon.
Menurut persamaan reaksi 
ZnO(s) + C(s) → Zn(s) + CO(g)

Biasanya,pemekatan biji tidak sampai memisahkan secara sempurna batuan-batuan pengotor yang tidak diinginkan dari mineralnya.batuan-batuan pengotor dipisahkan dalam proses peleburan dengan penambahan pereaksi flux untuk menghasilkan slag (ampas bijih)yang berupa cairan pada temperatur proses dalam tungku.Sebagian besar slag adalah silikat misalnya:
Lelehan logam dan slag membentuk lapisan yang terpisah dalam tungku sehingga dapat dpisahkan.slag dapat dipadatkan sebagai massa mirip gelas(glassy) untuk dibuang atau dipakai pada pembuatan semen Portland.Metode pirometalurgi diterapkan untuk produksi tembaga,zink,dan besi.

3.      Elektrometalurgi
Merupakan suatu proses reduksi mineral atau pemurnian logam yang menggunakan energi listrik.Natrium dan aluminium diproduksi menurut metode elektrometalurgi.
a.)    Natrium
Natrium merupakan logam alkali yang paling banyak dibutuhkan untuk keperluan industri.seperti logam-logam alkali yang lain,natrium tidak ditemukan dalam keadaan murni di alam karena reaktivitasnya yang sangat tinggi.Logam putih keperakan ini dalam pabrik biasanya diproduksi secara elektrometalurgi menurut proses Downs yaitu dengan mengelekrolisis lelehan natrium klorida (titik leleh -801c).
b.)    Aluminium
Logam aluminium juga diproduksi secara elektrometalurgi sumber utama aluminium berasal dari mineral bauksit yaitu suatu hidrat aluminium oksida Al2O3nH2O. Bauksit berisi sebagian besar silica,SiO2 bauksit dilakukan dengan proses Bayer yang berdasarkan pada perbedaan sifat asam-basa dari oksida-oksida yang bersangkutan.Oksida aluminium bersifat amfoterik,besi (III)oksida bersifat basa,dan silica relatif inert atau sedikit asam. Biji bauksit digerus dengan larutan panas natrium hidroksida dengan tekanan tinggi untuk melarutkan 











No comments:

Post a Comment